Senin, 13 Maret 2017





Sekenario Barat tentang Islam Fundamentalis
Oleh : Yofiendi Indah Indainanto

Barat saat ini sedang berupaya menyebar paham yang meruntukan nilai ideologi Islam, dengan menebarkan konsep-konsep melogikan persoalan kepercayaan. Ketakutan barat terhadap Islam, ditandai dengan upaya mengucilkan Islam, itu terjadi dinegara non Islam. Jika ada segolongan kelompok Islam berbeda dengan kepentingan barat, mereka menganggap sebutan kamum fundamental dan radikan yang mengarah pada gerakan terorisme.   
Membelah yang menjadi hak dan kewajiban dengan mengembalikan ajaran-ajaran kepercayaan ke dasar ajaran sering kali memiliki pandangan beragam dari sebuah kelompok yang gagal memahami sebuah persolan. Biasanya itu dianggap sebuah ancaman dan pergerakanya patut di perhatikan lebih, atau sebisa mungkin dimusnahkan. Ketakutan sebuah kelompok dipicu dari sikap keteguhan memahami sebuah ajaran, hal ini dilihat dari contoh nyata sebuah gerakan. Dengan ketakutan itu sering memunculkan sebuah sikap merubah sebuah pola pemahaman yang berkembangan, sasaranya bagi individu dan kelompok yang tidak memahami sepenuhnya.   
Memahami sebuah perubahan memiliki tantangan dalam  menata pemahaman. Bagi ideologi yang tertutup akan sulit menerima perubahan, itu akan dianggap asing dengan sebuah penyesuaian. Begitu juga dengan pemahaman yang salah dalam melihat sebuah perkembangan akan meruntukan nilai seperitual dengan membenarkan sesuatu dengan tafsir individu atau golongan tertentu. Tetapi, hal tersebut memiliki arah garis pemahaman yang berdasarkan pada nilai fanatik yang menjadi akar muncul sebuah gerakan teroris di berbagai kepercayaan termasuk dalam ajaran Islam.  
Tak jarang banyak yang dilakukan dalam menegakan sebuah ajaran yang mendasar  dengan berbagai cara perjuangan. perjuangan yang mendasar itu sering kali diartkan sebuah gerakan radikal dengan jalan itu semua ajaran bisa kembali dasar ajaran. Menolak sebuah perkembangan moderen dengan selalu berfikir teguh keyakinan tradisional memunculkan sebuah gerakan yang di sebut kaum fundamentalisme. Istilah itu sering digunakan sebagai gerakan yang menolak paham diluar Agama seperti sekularisme.
Pada awalnya perkembangan fundamentalisme sering dimaknai memperjuangkan sebuah ajaran agama dari penyimpangan dan masuknya pemahaman tertentu. Dalam perspektif Islam, fundamentalisme diartikan sebagai paham yang bermaksud mempertahankan ajaran dasar Islam, menjauhkan dari segala bentuk tahayul, bid’ah dan khurafat.Tetapi perkembangan lebih lanjut kelompok fundamentalisme melalui media konservatif sering diartikan sebagai kelompok garis keras yang sering bertindak irrasional dan selalu dikaitkan  dengan gerakan-gerakan dan revolusi, seperti gerakan Wahabi di Saudi Arabia, Khumaini di Iran, Hasan al-Banna, Sayid Qutub di Mesir. Sebagian orang juga menilai, bahwa fundamentalisme adalah kelompok yang melawan tatanan  politik yang ada atau sering disebut oposisi.
Menurut Karen Armstrong, fundamentalisme yang biasa disebut sebagai penganut agama radikal merupakan satu bentuk keimanan yang bersifat sangat politis, gerakan ini membuat sebagian orang melihatnya sebagai bahaya yang mengancam dunia dan kedamaian sipil.  Pemahaman yang keliru memunculkan sebuah gerakan perlawan, gerakan itu sering kali merugikan sebuah agama tertentu salah satunya Agama Islam. Fenomena fundamentalisme sangat berbeda dengan Islam sebagai sebuah agama, dan ditempat manapun fundamentalisme berbeda dengan agama. Armstong melihat bahwa Fundamentalisme merupakan mekanisme pertahanan (defense mechanism) yang muncul sebagai reaksi atas krisis yang mencekam.
Sementara itu, fundamentalisme Islam dalam pengertian Barat adalah suatu fenomena politik atau gerakan politik Islam, yang dianggap "berbahaya", memusuhi kapitalisme dan sekularisme.  Ancaman yang seperti ini sering disebut Islam adalah agama teroris. Propaganda yang dilakukan barat tentang bahaya Islam nyatanya berhasil mengucilkan Islam. Banyak negara-negara barat yang mengucilkan Islam salah satunya di Amerika yang dengan jelas Islam sangat dibenci. Kebencian itu memunculkan sikap diskriminasi dan pelarangan aktivitas Agama Islam di ranah publik. Pembakaran masjid, pelarangan imigran dari 8 negara masuk ke Amerika dan pelecehan terhadap wanita berjilbap  membuktikan sikap ketakutan barat terhadap Islam yang didapat dari media yang menyalahartikan konsep itu. 
Berbedanya ideologi yang sangat mendasar membuat barat dan Islam akan selalu berusaha mempengaruhi, terutama barat yang akan berusaha merubah pemahmaan umat Islam dengan berbagi Ideologi yang ditawarkan seperti liberalisme, sekularisme, kapitalisme dan sosialisme. Ideologi Islam yang kuat, memunculkan sebuah keyakinan akan sebuah persolan. Wajar saja jika barat akan selalu berusaha merubah ideologi Islam dengan gayanya. Banyak yang akan dilakukan barat, salah satunya dengan memunculkan kebencian terhadap Islam, itu cara yang dilakukan dari luar pemahaman ajaran Islam sasaranya jelas kaum-kaum non muslim. Pertanyanya bagaimana barat merubah ideologi Islam dari dalam?.
Perubahan pemikiran menjadi sebuah keharusan yang harus terus digeliatkan oleh barat. Media menjadi alat yang ampuh dalam menyebarkan paham barat.  Banyak media barat baik film, media sosial menawarkan konten yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Ketidaksesuaian itu terlihat dari konten yang ditawarkan seperti konten ponografi, simbol-simbol penyesatan, dan melogikan ajaran yang mengatakan kehidupan dunia berbeda dengan kehidupan akhirat. Seperti dalam Al Qur’an  dalam  surah Al-Jatsyiah (45) ayat 24 yang artinya :“mereka (orang-orang kafir) berkata : “tidak ada kehidupan kecuali kehidupan dunia kita ini saja. Kita mati dan kita hidup, dan tidak ada sesuatu yang membinasakan kita, kecuali masa.” Padahal mereka tidak mempunyai pengetahuan yang pasti tentang hal itu. Mereka hanya menduga-duga saja.”.
Dimedia sosial pangaruh barat sangat terasa. kekawatiran akan muncul dari sebuah nilai tahuid yang tidak kuat. Membedakan urusan dunia dan akhirat menjadi salah satu indikator keruntuhan ahlak ditambah dengan moral umat Islam saat ini sangat mengkawatirkan, adap kesopanan dan perilaku menjadi sebuah persolan baru. Belum lagi perselisihan antar individu dalam menghadapi perbedaan pendapat yang sering menimbulkan perselisihan.   
Barat selau mengaitkan Islam fundamentalisme pada gerakan keagamaan yang menolak perubahan dan gerakannya cenderung agresif, sehingga mengarahkan pada kekerasan fisik. Akar-akar kekerasan fisik  pada ujungnya melahirkan terorisme sebagai akibat dari ekspresi para pengikut fundamentalisme ketika berhadapan dengan pengikut aliran keagamaan yang tidak sepaham dengan kaum fundamentalisme. Dengan menyebar paham seperti ini memberikan kesan Islam agama teror. Barat selau mengaitkan terorisme dengan Islam. Ekspresinya teroris selau melakukan penyerangan, pengeboman dan pembajakan. Bisa jadi pemahaman itu seperti sebuah sekenario yang di ciptakan barat dalam menghancurkan Islam dengan mengecap Islam tidak cita kedamaian dan tidak toleransi.
Noam Chomsky, seorang Yahudi "pembelot," lebih tegas mengatakan bahwa penggunaan istilah, seperti "terorisme," disesuaikan dengan kepentingan Barat, sehingga jika menyebut istilah terorisme, serta fundamentalisme, radikalisme, ekstremisme, anti pluralisme dan militanisme, tentu arah pemikiran terbayang merujuk pada gerakan  kelompok seperti di Iran, Sudan, HAMAS dan gerakan Islam lainnya.   
Jelas tidak relevan mengaitkan Islam fundamental dengan teroris. Kaum teroris hanya memperjuangan yang dianggap benar oleh kelompoknya sehingga yang berbeda dianggp musuh walaupun itu seiman. Istilah fundamentalisme dan radikalisme lebih tepat diberikan kepada pemikir Islam  seperti: Mohammed Arkoun, Hassan Hanafi, Al-Naim, Ashgar Ali, Nurcholish Madjid, Abdurrahman Wahid, yang selama ini disebut sebagai neo-medernis, karena mereka memiliki pemikiran keislaman yang mendasar (fundamental) dan mendalam (radix), bukan seperti sekelompok orang yang secara intelektual-keislaman masih belum dikenal dan belum menguasai banyak khazanah Islam klasik.
Barat akan selalu berusaha memecah ideologi Islam dengan merubah gaya pandang melalui berbagai media yang menjadi senjata. Fundamental dalam perkembagan tidak setenar dengan ungkapan radikal dan teroris. Tetapi negara-negara Islam yang tidak tunduk terhadap pada barat dan diangap tidak sepaham akan selalu dicap sebagai fundamental. Barat selalu merubah dengan memberi lebel negatif terhadap Islam, notabenya  baratlah yang takut dengan konsep ideologi Islam, umat Islam yang memahami Ideologi dengan sungguh dinilai sebuah ancaman. Seharusnya umat Islam seperti itu bukan acaman berarti bagi barat. Bisa jadi barat sedang mengalami kerisis ideologi. Ideologi yang selama ini dinilai tidak mencakup keseluruhan dalam hidup. tulisan ini pertama kali di publikasi di harian Orbit edisi 28/2/17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar