Rabu, 22 Maret 2017

Indonesia Darurat Pedofilia
Oleh :Yofiendi Indah Indainanto
Terungkapnya video dan konten foto korban pedofil melalui jaringan di media sosial Facebook belum lama ini, sangat menggegerkan masyarakat Indonesia, dan membuat orang tua resah. Pelaku kelainan mental dan kekerasan seksual terhadap anak di bawah usia  atau pedofil, membrikan sebuah ancaman berati terhadap generasi muda. Pasalnya sasaran adalah  anak-anak yang sedang dalam proses berkembang. Pedofil seringkali diartikan sebagai kelainan seksual yang menjadikan anak-anak sebagai objek seksual, biasanya usia belasan tahun. Sebagai kelainan mental, Pedofi memiliki klasifikasi di dalamnya. Pelakunya seperti mata rantai yang sulit ditumpas, tidak jarang  pedofil terus berkembang.
Berdasarkan penelitian dalam jurnal kriminal, Trend and Issue in Crime & Criminal Justice, mereka yang menjadi korban kekerasan seksual, 33 persen hingga 75 persen akan menjadi pelaku di masa mendatang, sehingga ada kemungkinan besar para korban pedofil jika tidak diberikan pembinaan akan memberikan ancaman berarti dengan beban troma berkepanjangan, sehingga mencari jalan singgkat untuk melampiaskannya. Besar kemungkinan pedofil terjadi akbiat adanya kesempatan. Anak menjadi pelampiasan dalam menyalurkan hasrat, bagi para pelaku penyimpangan.  
Menurut Plt Kepala Humas Kementrian Komunikasi dan Informatikan (kemenkominfo) Noor Iza saat diwawancari surat kabar nasional menuturkan terbongkarnya akun group facebook Official Candy’s yang menyebar konten pedofil dinilai tidak berdiri sendiri dan ada keterkaitan dengan jaringan Internasional.  Dalam laporan, akun Official Candy’s telah beranggota lebih dari 7.000 penggguna yang diketahui telah mengunggah konten-konten pedofil. Para anggota yang tergabung sejak september 2014 sudah ratusan video, gambar dan kisah para pedofil yang tersebar menjadi kosumsi anggota group. Dari 7.000 yang terlibat dalam akun tersebut Polda Metro Jaya telah menangkap M Bahrul Ulum alias Wawan (27), Illu Inaya (24), SHDW (16), DF alias T-Day (17), dan admin akun Aldi Atwandi Jauhar (24), para tersangka dijerat dengan pasal-pasal KUHP , Undang-Undang Nomer 11/2008 tentang Informasi dan transaksi elektronik, serta Undang-Undang Nomor 44/2008 tentang pornografi. Dari penuturan Polda Metro Jaya masih banyak pelaku pedofil yang berkeliaran ditengah masyarakat.
Penggunaan media sosial untuk kejahatan seksual terhadap anak bukan kali ini tejadi, pada tahun 2016, Polisi juga mengungkap jaringan prostitusi sesama jenis yang korbannya anak-anak  dan remaja di kawasan Puncak,  Bogor. Sebanyak 99 remaja menjadi korban saat itu.  Fakta ini menjadi perhatian bersama bahwa ancaman pelaku Pedofil sedang mengintai. Ancaman ini jelas menjadi perhatian bersama, kala predator anak tumbuh dan berkembang menjadi bagian dari masyarakat yang suatu saat akan memunculkan ancaman. Hampir 90% dari anak-anak yang mengalami pelecehan seksual, dilecehkan oleh orang yang mereka kenal, dan dari 10% sisanya, beberapa anak merupakan korban dari perdagangan seks. Melihat dari banyaknya korban, saat ini Indonesia  sedang darurat kejahatan pedofil.  
Penggunan media sosial yang bersifat tertutup, memberikan pertannyaan besar bagaimana perilaku ini tumbuh dan berkembang?, dari banyak media sosial, kebanyakan kantornya tidak berdiri di Indoneisa, itu menjadi ancaman berarti yang  berdampak pada pengawasan yang kurang. Sifat group yang tertutup, membuat banyak kasus serupa sulit diungkap. Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam memutus rantai pedofilia.
Kejahatan tehadap anak merupakan bentuk kejahatan luar biasa. Hukumanya seharunya berat agar memberikan efek jera terhadap para pelaku.  Hukuman kebiri yang pernah diwacanakan presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu, harusnya memiliki tindak lanjut penerapannya, meski banyak pihak menilai itu sebuah pelanggaran HAM. Kalau dihubungkan antara sebap dan akibat, para korban pedofil jelaslah HAMnya telah di renggut. Para korban cenderung mengalami gangguan pada kesehatan, seperti rasa nyeri di alat kelamin dan lubang dubur, gangguan kejiwaan, prestasi menurun serta saat dewasa anak memiliki beban trauma yang besar. kemungkinan menjadi pelaku pedofi menjadi sangat besar. Ini sangat ironis, pasanya korbanya adalah anak-anak. Dari banyak kasus nampaknya mata rantai pelaku pedofil terus berkembang.
Pelaku pedofil tidaklah menyadari bahwa yang dilakukan itu menyimpang. Mereka hanya meyakini perbuatan itu merupakan bentuk “cinta”, terhadap anak-anak. Sekitar 17% dari pelaku kejahatan seks pada anak cenderung untuk kembali mengulangi perbuatan yang sama dalam jangka waktu dua tahun. Bayangkan ketika banyak pelaku pedofil masih berkeliaran di lingkungan masyarakat akan menimbulkan petaka dikemudian hari. Indonesia dalam hal ini, tanpa adanya hukuman yang tegas, akan menimbulkan persepsi bagi para pelaku sebagai surganya pedofil. Memerangi pedofi adalah langkah yang tepat dalam melawan penyebaran perilaku ini dengan berbagai cara, salah satunya hukuman yang berat dan edukasi bahaya pedofil. Pemerintah harus melakukan pendekatan kultural di tengah masyarakat untuk bisa lebih luas menjangkau dan meningkatkan kesadaran akan bahaya podfilia.
Tingkatkan komunikasi
Edukasi dini pemahaman bahaya pedofil harus segera dilakukan. Orang tua sebagai pelindung anak memiliki peranan penting dalam menggelola dan mengkontrol anak untuk tumbuh dan berkembang. Memberikan pengetahuan tentang trik yang sering dilakukan oleh para perilaku pedofil, dengan tidak mudah percaya terhadap iming-iming yang diberikan para pelaku pedofil, nyatanya dapat mencegah. Para pelaku pedofi cenderung memiliki perilaku sama dalam meyakinakan korbanya. Dengan memberikan imbalan, menjanjikan sesuatu atau menyamar menjadi guru olahraga, maupun petugas keamanan bayak dilakukan. komunikasi baik yang terjalin antara anak dan orang tua akan memberikan rasa aman terhadap anak. Meski kesibukan orang tua itu beragam bentuk, faktanya menjalin komunikasi membentuk hubungan baik, karena anak itu membutuhakan perhatian dari orang tua.
Indonesia saat ini sedang mengalami darurat Pedofilia, yang mengancam kehidupan anak-anak sebagai generasi penerus. Beban besar yang akan diterima anak-anak korban pedofil menjadi cambukan rasa penyelasan, bagaimana orang tua tidak menjadi pelindung anakanya?, pertanyaan ini pula yang akan menghantui. Orang tua harus mengajarkan cara berteman yang baik, mendorong menceritkan semua yang dilakukan.  Orang tua menjaga anak dan mendidik, guru memberikan pemahaman dan bahaya pedofilia sedangakan pemerintah kampanye antipedofilia. Jika semua kesatuan  ini berkerja dengan baik, pencegahan yang baik akan memutus rantai pedofilia tumbuh.
Sebagai bangsa yang  berbudi dan berkultur tinggi, membiarkan perilaku pedofil tumbuh sama halnya dengan menghancurkan moral, nilai dan etika yang diwariskan. Anak yang seharusnya mendapat perlindungan justru, mendapatkan ancaman masa depan. Ketika  anak hidup dalam penyesalaan dan trauma sikap gelisah akan selalu menghantui dalam setiap perjalanan hidup. Kejahatan pedofilia merupakan bentuk kejahatan luar biasa sehingga harus ada penanganan, perhaitan dan pemahaman luar biasa pula. Pelaku pedofilia bukan hanya sebatas hukuman, perlu pembinaan agar kasus serupa tidak terulang mana kala telah selesai dari masa hukuman.

Salam Perintis :Fakta membuktikan pelaku Pedofil setelah masuk penjara, kemungkinan 2 tahun kemudian mengulangi perbuatan  

Senin, 20 Maret 2017

Polemik revisi UU KPK  dan Ketakutaan Anggota Dewan



Oleh: Yofiendi Indah Indainanto
Nyanyian mantan bendaharawan Partai Demokrat Nazarudin yang terlibat kasus korupsi Pembangunan Wisma Atlit Hambalang Bogor. Pada saat persidangan Nazar terus mengungkit adanya indikasi tindak pidana korupsi dalam pengadaan mega Proyek E- KTP dengan dana sebesar Rp 5,9 triliyun di DPR RI yang kemudian ditindaklanjuti KPK. Dalam nyanyian yang didengarkan turut menyeret nama-nama besar seperti Anas Ubaningrum, Setia Novanto dan anggota DPR lainya, alhasil nama tersebut telah diperiksa KPK.   
Sidang perdana kasus mega proyek pengadaan Kartu Tanda Penduduk elektronik (E-KTP) senilai Rp 5,9 Triliyun tahun anggaran 2011-2013, dengan menghadirkan dua terdakwa, Sugiharto mantan Direktur Pengelola Informasi Admistrasi Kependudukan sekaligus sebagai pejabat pembuat komitmen dan Irman Mantan Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementrian Dalam Negeri pekan lalau oleh pengadilan Tipikor Jakarta. Ketua KPK Agus Raharjo mengungkapkan terdapat nama-nama besar yang terlibat dalam kasus ini. Pembacaan dakwaan jaksa penuntut KPK turut menyeret beberapa nama anggota DPR, Pimpinan DPR Pejabat di Kementrian Dalam Negeri termasuk mantan mentri Dalam Negeri Gumawan Fauzi dan Yosanna Loaly yang sekarang menjabat mentri Hukum dan HAM.
Banyakanya orang penting di negeri ini yang duga korupsi turut menyita perhatian dan membuktikan bahawa korupsi telah menggurita masuk dalam sendi-sendi kehidupan. akrapnya para politisi dengan korupsi tidak bisa dipisahkan, mengindikasi bahwa dunia politik paraktis sarat akan kepentingan individual dan kelompok bukan semata untuk kepentingan masyarakat. Anggota DPR dan Pejabat pemerintah yang memiliki wewenang dalam peroses penyelenggaraan negara, sejatinya mementingkan kepentingan rakyat justru terjebak manisnya dana haram dalam proses kebijakan.
Wakil rakyat yang seharusnya mementingkan kepentingan rakyat, kini lebih mengutamakan asap dapur kepentingan individu dan kelompok. Urusan rakyat tergadaikan dengan dealektika dan retorika membodohi.  Bayangkan sebuah kepercayaan yang masuk dalam inti sistem, mengendalikan sistem, mengelola sistem dan membuat sistem sendiri menghalakan segala cara untuk menghidupi sistem sebelumnya dalam sebuah kesepakatan politik (partai).
Banyaknya anggota DPR yang teindikasi terlibat dalam kasus mega proyek E-KTP memunculkan wacana lama yang di ungkit kembali, yaitu revisi Undang-Undang (UU) Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberatasan Tindak Pidana Korupsi. Upaya pemberatasan korupsi oleh KPK nampakya mendapat batu terjal oleh anggota dewan. Ada inidikasi wacana revisi UU No 30 tahun 2002, bentuk melemahkan dan menghadang pengusutan mega proyek E-KTP. Wacana revisi UU KPK terus didengungkan dengan maraknya sosialisasi yang dilakukan di universitas seperti Univeristas Andalas, Univeristas Nasional. Kusus di Univeristas Sumatra Utara, sosialisasi mengalaim penolakan. Uniknya dalam sosialisasi yang dilakukan oleh Badan Keahlian Hukum DPR RI tidak diketahui oleh anggota DPR RI komisi III DPRRI dari Fraksi PDIP Masinton Pasaribu kepada media. Tentu publik mengalami pertanyaan besar ada sarat muatan politik apa dalam sosialisasi ini.   
Ketakutan besar dalam ditubuh DPR tentang eksistensi KPK dalam memberantas korupsi terkusus di anggota DPR terus memuncak. Ada indikasi korelasi anggota DPR banyak yang tersandung dalam korupsi. Kekawatiran memuncak mana-kala revisi KPK benar terjadi, sehingga akan memunculkan masalah baru korupsi akan tidak terbendung. Peran KPK akan melemah, dampaknya KPK hanya sebuah lembangan negara yang menonton korupsi merajalela. Bukan cerita omong saat ini KPK tengah diuji taringnya dalam membokar kasus-kasus korupsi besar.
Pada tahun 2012 muncul naskah revisi UU KPK dari badan Legeslasi DPR. Dalam rancangan UU KPK disebutkan ada perubahan tentang kewenangan penuntutan tidak lagi ditanggung KPK, Penyadapan harus mendapatkan izin ketua pengadilan, kemudian KPK harus membentuk Dewan Pengawas. Setahun sebelumnya DPR menyampaikan 10 poin Revisi tentang fokus kerja KPK yang hanya mencakup pemberantasan korupsi, wewenang melakukan penyadapan, laporan penyelenggara Pemerintah, dan kewenangan penyitaan, penggeledahan, penertiban Sp3, serta perioritas kerja KPK hanya pencegahan korupsi.
Perilaku korupsi ditubuh anggota DPR tidak bisa disalahkan sepenuhnya oleh oknum anggota DPR. Masalah politik yang mahal yang menjerat anggota DPR membuat meraka terus bermanufer dalam menghidupi dapur partai. Di negara yang demokrasinya maju seperti Amerika, Politik dijadikan sebagai lahan untuk memperkenalkan diri dan ajang popularitas para penguasa, bukan untuk mencari kekayaan baik partai dan individu. Nampaknya kasus tersebut bebeda dengan di Indonesia, dinegara dengan politik praktis mendominasi di semua sektor, politik dijadikan alat untuk mencari kekayaan dengan berbagai cara. Kongkalikong menjadi budaya yang lajim dalam kepolitikan Indonesia.
Wajar saja dalam setiap pemilihan umum pastisipasi masyarakat sangat menurun. Harapan yang didapakan dari janji-janji kampanye hanya menimbulkan mimpi buruk di masyarakat. Tidak bisa dipungkiri, ada yang salah dalam jiwa anggota DPR dan pejabat publik. Roh amanah hanya sebatas lidah terucap dan hilang terbawa anggin. Mungkin sudah seharunya sistem rekrutmen partai diperketat angar melahirkan wakil yang baik, bukan semata melihat karakter tokoh yang mampu menarik suara.
Bagaimana jadinya perilaku anggota DPRD disetiap daerah, mungkin akan lebih mengkhawatirkan keberadaannya. Melihat kasus yang terjadi di Sumatra Utara, yang menjerat mantan Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho yang berkaitan dengan dana bantuan sosial yang juga melibatkan anggota DPRD. Hal ini membuktikan bahwa korupsi di lembaga negara seperti sebuah polarisasi yang terus bergerak hingga masalahnya tidak kunjung selesai. Lagi mahar politik menimbulkan perilaku korup di tubuh pejabat negara. Lalu, pertanyaan muncul apakah sepenuhnya menyalahkan oknum?, Jika terus menyalahkan oknum merupakan sebuah kesalahan besar. Pasalnya oknum adalah korban dari sebuah sistem politik peraktis yang sangat mahal di Indonesia. kewajiban menyetor dana ketubuh partai menjadi akar yang tidak terselesaikan. Dari mana partai mendapatkan dana untuk menghidupi organisasi?, tentu dari sebuah mahar politik dari anggotanya. Mungkin saja saat ini para oknum anggota dan pejabat sedang terikat dalam sebuah kesepakatan politik. Demokrasi sejatinya sebuah senjata yang ampuh dalam membangun sebuah bangsa, jika para oknum yang terlibat didalanya mengerti tentang sebuah konsep kehidupan berdemokrasi.
KPK sebagai ujung tombak perlawana terhadap korupsi, seharunya diberikan kebebasan dalam memberantas korupsi, bukan dilemahkan. Pelemahan KPK akan menimbukan perilaku tidak terkontrol dalam masyarakat, dampak yang akan ditimbulakn akan seperti sebuah bom waktu kapan saja bisa meledak dan menghancurkannya. Mungkin saat ini pejabat negara telah gagal dan tergoda manisnya dana korupsi, namun bisa jadi bayangan ketakutan hukuman terus menghantui para pejabat.tulisan pertama kali terbit di harian Orbit edisi Jumat (21/3/17).

Salam perintis : bagaimana jadinya korupsi itu menjadi budaya?
Bagaimana dunia tanpa Islam?
Oleh: Yofiendi Indah Indainanto


Sebuah buku berjudul “A World Without Islam", banyak menyita perhatian masyarakat dunia tentang isu yang sangat sensitif, diangkat dalam menggabarkan konflik barat dan timur tengah. Buku yang memiliki arti dalam bahasa Indonesia ”sebuah dunia tampa Islam”, menceritakan hubungan barat dan umat Islam tentang sentimen-sentimen yang menegaskan “kami-kalian” dalam kehidupan berkaitan dengan penguasaan dan politik. Dalam buku setebal 385 halaman, yang masuk kategori "bestseller" karena sudah dicetak 3 kali (Agustus 2010, Juli 2011 dan April 2012) oleh Back Bay Books/Little, Brown and Company, memiliki pesan tentang hubungan secara historis barat yang mencoba menguasai Timur Tengah dan umat Islam dengan berbagai cara, baik secara kekerasan maupun secara doktrin gelobal melalu isu terorisme.
Penulis buku ini, Graham E. Fuller adalah seorang mantan wakil ketua National Intelligence Council di Central Intelligence Agency (CIA) Amerika Serikat, juga mantan peneliti politik senior di RAND, dan sekarang menjadi profesor di Simon Fraser University. Sebelum menerbitkan buku ini di tahun 2010, Fuller telah mempublikasikan artikel dengan judul yang sama pada majalah Foreign Policy terbitan Desember 2007. Fuller sangat meminati perkembangan Islam dan Timur Tengah, terbukti ia juga menuliskan buku lain yang berjudul "The Future of Political Islam". Isu yang dibahas tentang islam dalam konteks agama maupun sebagai umat.
Berkembangnya isu Islam-Phobia dalam kehidupan masyarakat dunia tidak terkecuali dengan Indonesia, menasbihkan tentang pengaruh barat dalam memberikan doktrin gambaran Islam dengan kekerasan. Para penantang Islam, penghujat Islam, pembenci Islam, harus mengaca dan mempelajari historis bagaimana hubungan barat dan Islam. Ranah sensitif selalu memberikan sebuah perlawaan manakala zona tersebut tersentuh. Kekuasaan dan penguasaan yang beroreantasi pada kekuatan politik mengarahkan pada konflik yang sengaja dibuat dengan memanfaatkan batasan-batasan kepercayaan. Perseptif yang berkembang akan memudahkan usaha penguasaan itu terjadi. Dengan Islam-Phobia barat akan mudah menghancurkan umat Islam.  Fuller sang penulis buku mencoba membahas lebih dalam tentang Islam dalam konteks sebagai agama maupun umat.
Fuller memberikan sebuah pengandaian dalam sebuah pertanyaan “bagimana sebuah dunia tampa Islam?, apa yang akan terjadi, apabila tidak ada agama dan umat Islam dalam dunia ini?”, Sebuah dunia tanpa Islam, apakah akan lebih baik? Apakah sejarah dunia ini dengan segala peristiwa yang terkandung didalamnya akan berbeda ataukah tetap sama?”, pertanyaan yang sarat muatan politik dan kontroversional  bagi umat Islam. Sebagai umat Islam pertanyaan seperti itu, sangat menyinggung perasaan dan bisa menimbulkan konflik agama yang besar. Kaum-kamum radikal yang tidak mengerti arah dan tujuan akan menimbulkan sebuah perselisihan yang mengarah pada tindakan kekerasaan. Sejenak merenung, sebagai uamt Islam yang taat, pastilah ada jawaban terbayang dalam pemikiran, perilah lontaran pertannyaan Fuller.
Sebagai umat Islam, pertannyaan itu, terdengar nyaring untuk di jawab. Bagiamana mungkin pertannyaan itu tumbuh?. Berdasarkan fakta sejarah konflik barat dan umat Islam terus terjadi dari jaman dahulu hingga sekarang. Sejarah banyak mencatat bagaimana konflik masalah ras, etnis dan kepentingan ekonomi selau dikaitkan dengan masalah agama. Fuller mengungkapkaan, Konflik antara Israel dan Palestina bukanlah konflik antar agama melainkan konflik yang berkaitan dengan nasionalisme, etnis dan teritori/wilayah. Kekuatan sepritual agama dijadikan alat untuk menghancurkan, bukan murni masalah kepercayaan. Pertanyaan “Bagaimanakah bila Islam tak pernah ada?". Tentu jawabannya adalah tidak akan ada benturan peradaban, tidak akan ada perang suci, dan lebih jauh lagi tidak akan ada terorisme. Pasca kejadian 9 September (9/11), banyak persepsi negatif yang bermunculan di dunia, yang cenderung mendiskreditkan Islam. Wajar saja saat ini barat terus mencoba memecah-belah dengan memasukan ideologi mereka kepada umat Islam dengan berbagai cara salah satunya isu terorisme.  Upaya mendemokrasikan sistem pemerintah di negara-negara Islam dengan berbagai isu seperti pelanggaran hak asasi manusia membuat orang barat akan mudah masuk kenegara dengan alasan kemanusiaan dan mendoktirin, sehingga upaya untuk menguasai sumberdaya alam akan mudah.
Sejatinya Islam dan Barat masing-masing memiliki ketakutan dengan idologi keduanya. Islam sangat kahawatir dengan ideologi barat yang menggerus nilai-nilai kepercayaan umat, begutu juga barat. Ketakutan barat jelas beralasan, bayangkan ketika umat Islam dengan teguh membela agama akan memberikan sebuah suntikan semangat yang tidak bisa dibayangkan bagaimana dasyatnya kekuatan itu, salah satunya konsep Jihad. Barat mengidentivikasi Jihad itu sebagai bibit-bibit sikap radikal yang mengarah pada terorisem. Perihal isu teroriseme internasional Fuller mengutarakan, radikalisme dan ekstrimisme adalah hasil ciptaan dari Barat, yaitu Amerika dan Eropa sendiri. wajar saja sering melihat kasus pengeboman serta tindakan separatis seperti kelompok teroris ISIS, Taliban yang mengatasnamakan Islam. Tindakalah itu bukanlah Islam, usaha untuk berkuasa atau politik bukanlah Islam dengan kata lain Islam bukan politik, politik bukan Islam.
Jauh hari sebelum Islam lahir di Timur Tengah, ternyata persaingan antar etnis telah terjadi disana, yaitu antara kelompok etnis Arab, Persia, Turki, Kurdi, Yahudi dan Pashtun. Lalau pertanyaan muncul, “Bagaimana bila Islam tidak ada dan Kristen menjadi agama terkuat, apakah hubungan antara Timur Tengah dan Barat akan menjadi lebih baik?. Islam selalu identik dengan timur tengah, fakta historis Islam lahir di tanah Arab, berkembang pesat kepenjuru dunia. jawaban dari pertannyan jelaslah tidak, bangsa Barat datang negara Islam bukalah persolan agama, melainkan persolan kepentingan ekonomi dan geo-politik, hal ini seperti orang Belanda datang ke Indonesia mencari rempah-rempah yang kapan saja bisa menimbulkan konflik dengan masyarakat lokal. Isu Agama lagi-lagi hanya sebuah isu yang menutupi keserakahan dan keirian Barat terhadap umat Islam.
Bagaiman dengan umat Islam di Indonesia. sentimen-sentimen agama yang terjadi beberapa waktu lalu dari banyak rentetan peristiwa dari aksi bela Islam, bela ulama menandakan agama menjadi sesuatu yang sensistif. Beberapa waktu yang lalu masyarakat dihebohkan dengan aksi teror di Bandung. Pertannyaan muncul bagaimana mungkin itu terjadi?, apa sasarannya?. Kecurigaan muncul manakala ada upaya merubah image Islam Indonesia yang damai dengan  kerasan terorisem. Manejemen isu menjadi sesuatu yang mungkin terjadi, jika memang terorisem itu benar ada, tidak akan terlihat aksi damai yang berulang kali terjadi. Pastilah media-media akan dibanjiri berita korban teroris kala itu. ini membuktikan terorisme hanyalah alat kekuasaan segelintir orang dalam merubah image umat Islam.
Fuller sebagai penulis buku “A World Without Islam”, konflik yang saat ini terjadi bukalah konflik agama. Dunia tanpa Islam akan tetap sama, dengan apa yang terjadi saat ini. Umat Islam terutama di Indonesia janganlah mudah terprovokasi dengan isu yang mengatasnakan agama. Orang barat akan senang dan gembira melihat umat Islam terpecah dengan banyak masalah salah satunya terorisme. Strategi barat tentang menghancurkan Islam telah tumbuh dan berkembang sebagai upaya menguasai dunia. isu agama hanyalah sebuah propaganda untuk sebuah kepentingan politik. tulisan ini pertama kali terbit di harian Obrbit edisi (21/3).
salam perintis, bukankah menulis itu sebuah perubahan?..... lakukanlah!!!

Sabtu, 18 Maret 2017




Ancaman Ketimpangan sosial
Oleh: Yofiendi Indah Indainanto
Petumbuhan sejatinya memiliki dampang perubahhan mendasar dalam masyarakat sebagai aktor penggerak kemajuan. Apa jadinya pertumbuhan,  pembangunan infrastruktur, sosial dan ekomomi tidak berpihak pada masyarakat sekitarnya, bisa jadi itu mengguntungkan segelintir kelompok?. Banyak pembangunan tidak memperhatikan lingkungan, masyarakat sekitar pembangunan hanya menjadi boneka usang pelengkap hiyasan. Fenomena ini menimbulkan ketimpangan antara masyarakat kelas bawah, menengah dan atas yang akan menyebapkan konflik sosial, buah dari sikap kecemburuan dan diskriminasi.
Setiap kemampuan seseorang memiliki perbedaan mendasar hal ini bisa ditentukan dari banyak faktor bisa pendidikan dan keahlian. Kesenjangan pendapatan masyarakat baik yang berlokasi di pusat kota (urban), atau pinggiran kota (sub urban) menimbulkan permasalahan tentang pendapatan dan pemerataan pembanggunan. Setiap wilayah tidak bisa disamakan secara pendapatan dan perlakuan, karena masing-masing memiliki tolak ukur. Minimnya lapangan pekerjaan dan kemampuan yang dimiliki seseorang menimbulkan permasalahan serius seperti, pengangguran terbuka dan Kemiskinan akan mewarnai kehidupan masyarakat tak terkecuali Medan.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) merilis data jumlah penduduk miskin. Angka jumlah kemiskinan di Sumut periode Maret-September 2016 mencapai 1.452.550 atau 10,27 persen. Jumlah tersebut turun 0,08 persen dibanding periode periode yang sama 2015 yang berjumlah 1.455.950 orang atau 10,35 persen. Artinya jumlah orang miskin di provinsi ini berkurang sebanyak 3.400 orang (0.08 persen) dari total keseluruhan penduduk Sumut yang mencapai kurang lebih mencapai 14 juta jiwa (data BPS 2015). Kesuk­sesan pemerintah provinsi (Pemprov) dalam mengurangi angka kemiskinan ini tidak terlepas dari membaik­nya perekonomian regional. Namun banyak kemampuan daya serap pasar tehadap pekerjaan di nilai masih lemah.
Lonjakan permintaan tenangaa kerja terdidik, dengan terbatasnya lapangan pekerjaan akibat daya serap pasar dalam menerima pekerjaan tidak sebanding dengan kemapuan memberikan upah yang sesuai, memberikan peningkatan pengangguran terbuka di kota besar seperti Medan. Pertumbuhan sektor  rill di kota Medan yang tidak berkembang secara signifikan menimbulkan gejolak ekonomi di masyarakat.  Data BPS menunjukkan angka pengangguran terbuka di Kota Medan saat ini berkisar 13% dan di atas rata-rata kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara. Hal ini bisa saja terus bertambah dengan adanya perdagangan terbukan yang terus menyasar sektor strategis di Medan.
Masalah kemiskinan menjadi masalah yang akan timbul setelah pengangguran terjadi. Tingkat daya saing yang rendah di sektor terampil membuat kemiskinan akrab dengan Medan. Meski anggkat kemiskinan setiap tahunya mengalami penurunan, hal itu tidak sebanding dengan pertumbuhan ekomomi di Kota Medan dengan banyak sektor. Saat ini, terdapat  terdapat 6,63 % penduduk miskin di Kota Medan yang perlu penanganan khusus melalui program pembangunan yang berpihak kepada masyarakat miskin. Apabila dikaitkan dengan target RPJM 2006 dan 2010 seharusnya angka pengangguran di Kota Medan sudah berada di bawah 10 % dan angka kemiskinan di bawah 5 %.  Mungkin pembanguan yang terjadi di Medan hanya mengarah pada kepentingan ekonomi yang mengguntungkan kepentingan kapitalis penguasa dan pembangunan tidak akrab dengan pemberatasan kemiskinan.
Berdasarkan versi Badan Pusat Statistik (BPS), standari­sasi atau kategori seseorang dikatakan miskin adalah mereka yang penda­patan perkapitanya kurang dari Rp 413.835 per bulan (untuk wilayah perkotaan) dan perdesaan sebesar Rp 388.707 per kapita per bulan. Artinya, mereka yang penghasilannya tidak sampai Rp13.000/per hari adalah masuk kategori pendu­duk miskin. Realitanya, angka kemiski­nan terse­but diperkirakan jauh lebih besar dari data BPS. Dengan kondisi seperti itu, kemiskinan menjadi sebuah ancaman kemanusian yang suatu saat seperti bom waktu yang mengganggu kesetabilan keamanan.
Data tersebut belum termasuk gelandangan dan pengemis. Berdasarkan data Dinas Sosial Sumut tahun 2009, di provinsi ini, setidaknya tercatat jumlah pengemis dan gelandangan mencapai 7.813 jiwa. Untuk gelandangan, terdiri dari 4.373 dan pengemis 3.440 orang. Mengingat keadaan serba sulit seperti sekarang ini, diperkirakan jumlah tersebut telah meningkat telah ber­kali-kali lipat di tahun 2017. Meski angka tesebut tidak menggambarkan pasti jumah gelandangan dan pengemis di Kota Medan, namun setidaknya dengan maraknya gelandangan dan pengemis di Kota Medan, menimbulkan keresahan dan ketidaknyamana masyarakat. Kebanyakan  dari pengakuan para gelandang dan pengemis yang ditangkap Dinas Sosial Medan, mereka iyalah orang mampu yang datang dari luar kota. Saat dikampung menunggu panen, jelas tidak ada pengghasilan lebih, mereka pergi ke Medan untuk mengemis dan mendapatkan uang tambahan.  
Timbulnya masalah lain di Kota Medan muncul dari masalah pedagan kaki lima. Dari tahun-ketahun masalah ini selau muncul, jumlah pedanganya pun semakin meningkat meski angka pastinnya tidak diketahui. Banyaknya pedagang kaki lima di Kota Medan menimbulkan permasalahan lama yang tidak kunjung selesai. Kesan kumuh dan tidak teratur menjadi pemandangan sehari-hari di sudut-sudut kota Medan. Banyaknya penertipan yang dilakukan Pemerintah Kota, tidak menimbulkan efek jera meski barang daganganya sering disita oleh petugas. Permasalahan itu, seperti  sebuah pipa yang bocor  mau menembelnya dengan posisi air sedang hidup, suit dan rumit, tapi kalau dimatikan akar masalahnya pasti penembelan berjalan dengan baik.
Pemasalahan  pedangan kaki lima memiliki banyak faktor penyebap, diantaranya, lambatnya peremajaan pasar-pasar tradisional sebagai pusat ekomomi masyarakat. Terlambatnya pembangunan pasar induk sebagai pusat distribusi. kemudian, akibat adanya pusat aktifitas bisnis, perkantoran, rumah sakit. Permasalaha itu belum lagi, ketika daya beli masyarakat menurun, banyak para pedangan tidak mampu membayar uang sewa kios sehingga memilih jalan singkat berjualan di trotoar jalan. Dampaknya pedangang kaki lima yang awalnya seperti jamur di musim hujan, berubah menjadi benalu yang merugikan orang.
Permasalahan ketimpangan diatas akan mengrucut pada satu tindakan yang membahayakan masyarakat yaitu tumbuhnya angka kriminalitas. Permasalahan ini selalu muncul di kota-kota besar. Medan sebagai salah satu pusat ekonomi yang menggerakan ekonomi kota disekelilingnya rentan akan tindakan kriminalitas. Keriminalitas buah dari rasa frustasi dari masyarakat dengan sulitnya mencari pendapatan ditengah biaya hidup yang kian mahal.

Pembiaran yang dilakukan akan menimbulkan beban dimasyarakat. Ini berarti pemerintah harus mengatur strategi dalam memberantas ketimpangan. Menjadikan masyarakat mandiri dari segi kewirausahaan dengan berbagai kemudan, nampaknya patut digalangkan dengan konsisten yang terus mengikat. Pemberian simpan pijam modal usaha dan UKM patut di Intensipkan dengan target sasaran yang jelas tidak hanya mementingkan pemberantasan kemiskinan, melainkan melihat aspek kemandirian. 

Senin, 13 Maret 2017


 Trump, dan politik di Asia pasifik
Oleh : Yofiendi indah Indainanto

Pasca pelanitkan persiden Amerika terpilih  Donald Troump sabtu malam waktu Indonesia barat, diwarnai unjuk rasa diberbagai negara menolak pelantikan tersebut. Dilansir dari antaranews.com “Di Eropa, aksi unjuk rasa juga berlangsung di Berlin, Paris, Roma, Wina, Jenewa dan Amsterdam”. Bukan hanya di eropa, aksi protes juga terjadi di Australia dan Selandia baru. Rentetan penolakan yang terjadi diberbagai negara dipicu dengan pernyataan Trump saat kampanye yang kontroversi.
Tak hanya sampai di situ kemunculan negara ekonomi baru dan menjadi kekuatan seperti Cina  yang terjadi di Asia Pasifik memunculkan keputusan yang tidak diduga-duga oleh kebanyakan orang salah satunya seperti yang dilansir Antaranews.com ”Pemerintahan baru Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump menyatakan strategi perdagangannya demi melindungi angkatan kerja Amerika akan dimulai dengan menarik diri dari pakta perdagangan Kemitraan Asia Pasifik (TPP) yang beranggotakan 12 negara”. Pihaknya menilai kesepakatan dagang hanya menguntungakn elit-elit orang dalam dan elit Washington belaka dan bukan para pekrja. Akibatnya banyak pabrik tutup dan defisit terjadi. Trump menilai dengan ketegasan dan keadian bisa memunculakan kemajuan ekonomi dan menguntungan pekerja Amerika. Salah satu sasaranya perombakan ulang kesepakatan  adalah di Asia Pasifik
Politik internasional kusunya di Asia Pasifik dari kasus teretorial sampai kekasus kepentingan kekuasaan negara penguasa(adi daya). Banyak kalangan menilai kasus di laut cina selatan, merupakan ajang unjuk gigi kekuatan militer cina di Asia sebagai jawara baru yang menjadi tirai pelindung Asia. Pertarungan kekuasaan di Asia pasifik akan menimbulkan abat baru dalam kancah kekuasaan internasional. Pertarungan bukan hanya terjadi antara kekuatan Amerika dengan cina, tetapi dengan negara yang muncul sebagai kekuatan baru dunia seperti Indonesia, Thailand, Malasiya, Vetnam, Filipina yang mengambil peranan peting setabilitas kawasan Asean sebagai kawasan perimer jalur lintas perdagangan dunia.
Dalam sejarah tercatat, dari perang kekuasaan di asia  pasifik memunculkan negara-negara baru dimana pada saat itu Jepang sebagai aktor utama .Pada era dekade 1937-1945 perang yang sengit terjadi di asia pasifik atau orang Jepang menyembut perang Asia Timur Raya(greater east asia war). Perang yang terjadi melibatkan  pihak sentral (Jepang, Jerman Nazi, Italia dan Thailand) dengan pihak sekutu ( Tiongkok, Amerika, Britania Raya, Filipina, Australia, Belanda, Selandia Baru). Petempuran ini juga menjadi saksi tentang munculnya negara baru dengan kekalahan pihak Sentral sehingga harus rela melepas kekuasaanya. Di perang ini pula terjadi saksi bisu karya fisikawan Julius Robert Oppenheim  tentang senjata mematikan bom nuklir yg jatuh di Hirosima dan Nagasaki.
Sejarah tinggalah sejarah hanya pelipur dang pengingat belaka. Dekade sekarang setelah setengah abad lebih berlau banyak yang telah berubah. Dalam pergerakan politik internasional pihak pemenang  perang salah satunya Amerika serikat terus menancapkan kedikdayaan di sepanjang asia pasifik.
Namun dalam perkembangan sekarang kekuasaan Amerika di Asia pasifik mengalami penurunan kekuasaan setelah munculnya Cina yang mengalami pertumbuhan ekonomi teratai yang tidak disangka-sangka.  Kedikdayaan Amerika di asia pasifik bukanlah momok bagi pemimpin di Asia, walaupun powernya masih dirasa, bisa dibilang Amerika sekarang telah kehilangan taring. Menghadapi persaingan dengan Cina, Amerika seolah mengalami kesulitan untuk menunjukan kapasitasnya di Asia. Sebagai negara berpenduduk terbesar didunia dan sebagai salah satu negara terluas didunia wajar saja capaian Cina di Asia mencengangkan. Cina terus menegaskan diri sebagai kekuatan yang menguasai asia.
Menurunya kekuatan Amerika di Asia Pasifik ditandai dengan salah satu sekutu Amerika yaitu Filipina yang merujuk pada keputusan persiden Filipina Rodrigo Duterte dengan memutus hubungan militer dengan Amerika dan beralih ke cina. Filipina jelas merupakan sekutu yang telah lama bersama dengan Amerika, hubungan harmonis mereka solah ditandai dibangunnya pangkalan militer di Filipina sebagai kerjasama militer kedua negara. Tak hanya sampai disitu ketegangan Filipina terhadap Amerika kembali muncul saat persiden Filipina membuat kebijakan tentang pembunuhan masal bagi warga yang terlibat dalam narkoba dan mengkonsumsi narkoba di luar hukum. Respon langsung ditanggapi Pemerintah Amerika saat masih dipimpin Obama dengan mengatakan tindakan itu melanggar  HAM. tak mau didikte Amerika Persiden Rodigo pun balik menuding Amerika yang banyak membuat pelanggaran HAM di timur tengah.
Menurut rodigo  sektor militer dan ekonomi As telah kalah dari Cina. Bukan hanya Filipina, Malaysia untuk pertama kali membeli kapal tempur ke cina. Malaysia yang merupakan jelas-jelas anggota pesemakmuran Inggris dengan langkah berani membeli kapal ke Cina. Begitu juga dengan Tahiland yang merapat ke Cina soal seketa laut cina selatan. Investasi cina di asia pasifik juga tak kalah mentereng salah satunya di Indonesia.
Menurunya kedikdayan Amerika bukan saja terjadi di asia pasifik semata, di Asia Timur tengah juga mengalami hal ya sama setelah Rusia mengambil peran sentral. Amerika tidak dilibatkan dalam negosiasi damai di Suriya yang digagas oleh Rusia, hal ini ditandai dengan pengusiar diplomat As saat Iran, Turki, dan Rusia menolak campur tangan As dalam penyelesaian konflik Suriya, ini merupakan pukulan telak As yang selama ini selalu berperan aktif membuat kesepakatan . Merujuk kasus di Yaman dan Afganistan yang tidak jelas sampek sekarang prosesnya Penurunan kekuasaan amerika di internasional tak semata-mata terjadi dengan begitu saja. Banyak faktor salah satunya faktor internal.

Terpilihnya Donald Trump sebagai persiden Amerika yang dikenal rasis,seksis dan anti Islam membuat kredibelitas As dalam mengupayakan negara demokrasi menjadi tanda tanya(?), setelah negara As sendiri tidak demokrasi menghina sesama terlepas dari ada atau tidak ada campur tangan Rusia dalam mempengaruhi hasil pemilu.  Buah dari kegaduhan itu memunculkan tudingan Obama kepada Putin tentang campur tangan Rusia dengan serangan cibyer atau peretasan jaringan internet dalam Pemilu yang membantu kemenangan Trump. Tudingan itu berdampak pada pengusiran 35 diplomat Rusia oleh Obama. Bayak pihak menilai Putin akan kembali mengusir diplomat As di Rusia perihal tudingan ini. Namun Putin justru tidak mengusir diplomat As bisa jadi ini terjadi karena terpilihnya Trump sebagai persiden baru As yg dikenal memiliki hubungan harmonis dengan Putin. Bisa jadi saat ini As sedang mengalami krisis dalam dunia internasional bukan hanya di Asia tetapi juga di Eropa salah satunya Britania Raya yang keluar dair Uni Eropa setelah pidato Obama yang meminta Britania Raya agar tetap di uni eropa tidak ditanggapi.
Setelah pelantikan Trump, sorotan utama jelas mengarah pada eksistensi Amerika didunia internasional terutama tentang politik kekuasaan di Asia Pasifik, peta kekuasan duni mengarah pada tiga kekuasaan antara Ameriak, Rusia, dan Cina yang mulai mencari lahan kekuasaan di negara belahan dunia ketiga sebagai kaki tangan kekuasaan pendukung. Sosok Trump terlepas dari kontroversi dirinya. Asa baru dalam kekuasaan Amerika sekarang tengah diperjuangan terutama dengan competitornya Cina dengan mengatakan”satu cina”. Hal ini diperkuat dengan Trump menerima panggilan telepon dari pemimpin Taiwan, Tsai Ing-wen. Pembicaraan Trump dan Tsai sontak memicu kemarahan media pemerintah Cina dan membuat Beijing menyampaikan protes resmi.    

Menerpa dari fenomena itu jelas Amerika sedang mengalami masa sulit di internasional Di asia pasifik cina menunjukan eksistensi dengan perlahan tapi pasti As di usir secara halus. Di timur tengah Rusia mengambil peran sentral. Indonesia sebagai kekuatan yang disegani menjadi incaran negara adikuasa demi menyusun sebuah kekuatan baru cina telah mendekat. Peralihan isu dengan melakukan latihan militer di laut natuna beberapa waktu lalu dengan maksud memberi tahu cina tentang kekuatan Indonesia. Namun jika dikaca lagi bahwa justru sasaranya adalah As agar kekuasaan As di asia pasifik segera hengkang. Dengan harmonisnya hubungan Indonesia dan cina hal ini ditandai dengan pengiriman TKA cina ke Indonesi bisa jadi cinta dan Indonesia sengan mengatur rencana besar tentang kekuatan di Asia Pasifik.
Angan
bercerita kali ini ku ingin bercerita dengan sebuan kisah tentang hujan.
bercerita tentang dinginya hujan dan angin yang terus menari.
ku pasang indra perasaku, dia merasakan tentang dinginya hujan,
kerasnya angin hingga bulu kuduk ikut menari diatas pangkuan.
 tak mungkin ku bercerita kalau tidak ada rasa yang menyertainya.
dalam sebuah perasa akan membentuk sebuah simponi yang tak terlepaskan dan terus membentuk
garis katulistiwa yang membelah bumi menajdi bagian dan membelah dua bagian sedih dan bahagia.
terkadang sedih dan bahagia itu selau membentuk satu garis yang terdapat dua sisi berbeda.
kala hujan yang menyertai perjalan malam, disitu terdapat cinta yang melekat dan tak bisa dipungkiri.
 kisah-kisah para pemendam kisa akan selau menarik untuk di angkat dan diceritakan dengan rasa dan dalam sebuah istilah disebut natural cinta. natural cinta megarahkan  jiwa individu menikmat




Sekenario Barat tentang Islam Fundamentalis
Oleh : Yofiendi Indah Indainanto

Barat saat ini sedang berupaya menyebar paham yang meruntukan nilai ideologi Islam, dengan menebarkan konsep-konsep melogikan persoalan kepercayaan. Ketakutan barat terhadap Islam, ditandai dengan upaya mengucilkan Islam, itu terjadi dinegara non Islam. Jika ada segolongan kelompok Islam berbeda dengan kepentingan barat, mereka menganggap sebutan kamum fundamental dan radikan yang mengarah pada gerakan terorisme.   
Membelah yang menjadi hak dan kewajiban dengan mengembalikan ajaran-ajaran kepercayaan ke dasar ajaran sering kali memiliki pandangan beragam dari sebuah kelompok yang gagal memahami sebuah persolan. Biasanya itu dianggap sebuah ancaman dan pergerakanya patut di perhatikan lebih, atau sebisa mungkin dimusnahkan. Ketakutan sebuah kelompok dipicu dari sikap keteguhan memahami sebuah ajaran, hal ini dilihat dari contoh nyata sebuah gerakan. Dengan ketakutan itu sering memunculkan sebuah sikap merubah sebuah pola pemahaman yang berkembangan, sasaranya bagi individu dan kelompok yang tidak memahami sepenuhnya.   
Memahami sebuah perubahan memiliki tantangan dalam  menata pemahaman. Bagi ideologi yang tertutup akan sulit menerima perubahan, itu akan dianggap asing dengan sebuah penyesuaian. Begitu juga dengan pemahaman yang salah dalam melihat sebuah perkembangan akan meruntukan nilai seperitual dengan membenarkan sesuatu dengan tafsir individu atau golongan tertentu. Tetapi, hal tersebut memiliki arah garis pemahaman yang berdasarkan pada nilai fanatik yang menjadi akar muncul sebuah gerakan teroris di berbagai kepercayaan termasuk dalam ajaran Islam.  
Tak jarang banyak yang dilakukan dalam menegakan sebuah ajaran yang mendasar  dengan berbagai cara perjuangan. perjuangan yang mendasar itu sering kali diartkan sebuah gerakan radikal dengan jalan itu semua ajaran bisa kembali dasar ajaran. Menolak sebuah perkembangan moderen dengan selalu berfikir teguh keyakinan tradisional memunculkan sebuah gerakan yang di sebut kaum fundamentalisme. Istilah itu sering digunakan sebagai gerakan yang menolak paham diluar Agama seperti sekularisme.
Pada awalnya perkembangan fundamentalisme sering dimaknai memperjuangkan sebuah ajaran agama dari penyimpangan dan masuknya pemahaman tertentu. Dalam perspektif Islam, fundamentalisme diartikan sebagai paham yang bermaksud mempertahankan ajaran dasar Islam, menjauhkan dari segala bentuk tahayul, bid’ah dan khurafat.Tetapi perkembangan lebih lanjut kelompok fundamentalisme melalui media konservatif sering diartikan sebagai kelompok garis keras yang sering bertindak irrasional dan selalu dikaitkan  dengan gerakan-gerakan dan revolusi, seperti gerakan Wahabi di Saudi Arabia, Khumaini di Iran, Hasan al-Banna, Sayid Qutub di Mesir. Sebagian orang juga menilai, bahwa fundamentalisme adalah kelompok yang melawan tatanan  politik yang ada atau sering disebut oposisi.
Menurut Karen Armstrong, fundamentalisme yang biasa disebut sebagai penganut agama radikal merupakan satu bentuk keimanan yang bersifat sangat politis, gerakan ini membuat sebagian orang melihatnya sebagai bahaya yang mengancam dunia dan kedamaian sipil.  Pemahaman yang keliru memunculkan sebuah gerakan perlawan, gerakan itu sering kali merugikan sebuah agama tertentu salah satunya Agama Islam. Fenomena fundamentalisme sangat berbeda dengan Islam sebagai sebuah agama, dan ditempat manapun fundamentalisme berbeda dengan agama. Armstong melihat bahwa Fundamentalisme merupakan mekanisme pertahanan (defense mechanism) yang muncul sebagai reaksi atas krisis yang mencekam.
Sementara itu, fundamentalisme Islam dalam pengertian Barat adalah suatu fenomena politik atau gerakan politik Islam, yang dianggap "berbahaya", memusuhi kapitalisme dan sekularisme.  Ancaman yang seperti ini sering disebut Islam adalah agama teroris. Propaganda yang dilakukan barat tentang bahaya Islam nyatanya berhasil mengucilkan Islam. Banyak negara-negara barat yang mengucilkan Islam salah satunya di Amerika yang dengan jelas Islam sangat dibenci. Kebencian itu memunculkan sikap diskriminasi dan pelarangan aktivitas Agama Islam di ranah publik. Pembakaran masjid, pelarangan imigran dari 8 negara masuk ke Amerika dan pelecehan terhadap wanita berjilbap  membuktikan sikap ketakutan barat terhadap Islam yang didapat dari media yang menyalahartikan konsep itu. 
Berbedanya ideologi yang sangat mendasar membuat barat dan Islam akan selalu berusaha mempengaruhi, terutama barat yang akan berusaha merubah pemahmaan umat Islam dengan berbagi Ideologi yang ditawarkan seperti liberalisme, sekularisme, kapitalisme dan sosialisme. Ideologi Islam yang kuat, memunculkan sebuah keyakinan akan sebuah persolan. Wajar saja jika barat akan selalu berusaha merubah ideologi Islam dengan gayanya. Banyak yang akan dilakukan barat, salah satunya dengan memunculkan kebencian terhadap Islam, itu cara yang dilakukan dari luar pemahaman ajaran Islam sasaranya jelas kaum-kaum non muslim. Pertanyanya bagaimana barat merubah ideologi Islam dari dalam?.
Perubahan pemikiran menjadi sebuah keharusan yang harus terus digeliatkan oleh barat. Media menjadi alat yang ampuh dalam menyebarkan paham barat.  Banyak media barat baik film, media sosial menawarkan konten yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Ketidaksesuaian itu terlihat dari konten yang ditawarkan seperti konten ponografi, simbol-simbol penyesatan, dan melogikan ajaran yang mengatakan kehidupan dunia berbeda dengan kehidupan akhirat. Seperti dalam Al Qur’an  dalam  surah Al-Jatsyiah (45) ayat 24 yang artinya :“mereka (orang-orang kafir) berkata : “tidak ada kehidupan kecuali kehidupan dunia kita ini saja. Kita mati dan kita hidup, dan tidak ada sesuatu yang membinasakan kita, kecuali masa.” Padahal mereka tidak mempunyai pengetahuan yang pasti tentang hal itu. Mereka hanya menduga-duga saja.”.
Dimedia sosial pangaruh barat sangat terasa. kekawatiran akan muncul dari sebuah nilai tahuid yang tidak kuat. Membedakan urusan dunia dan akhirat menjadi salah satu indikator keruntuhan ahlak ditambah dengan moral umat Islam saat ini sangat mengkawatirkan, adap kesopanan dan perilaku menjadi sebuah persolan baru. Belum lagi perselisihan antar individu dalam menghadapi perbedaan pendapat yang sering menimbulkan perselisihan.   
Barat selau mengaitkan Islam fundamentalisme pada gerakan keagamaan yang menolak perubahan dan gerakannya cenderung agresif, sehingga mengarahkan pada kekerasan fisik. Akar-akar kekerasan fisik  pada ujungnya melahirkan terorisme sebagai akibat dari ekspresi para pengikut fundamentalisme ketika berhadapan dengan pengikut aliran keagamaan yang tidak sepaham dengan kaum fundamentalisme. Dengan menyebar paham seperti ini memberikan kesan Islam agama teror. Barat selau mengaitkan terorisme dengan Islam. Ekspresinya teroris selau melakukan penyerangan, pengeboman dan pembajakan. Bisa jadi pemahaman itu seperti sebuah sekenario yang di ciptakan barat dalam menghancurkan Islam dengan mengecap Islam tidak cita kedamaian dan tidak toleransi.
Noam Chomsky, seorang Yahudi "pembelot," lebih tegas mengatakan bahwa penggunaan istilah, seperti "terorisme," disesuaikan dengan kepentingan Barat, sehingga jika menyebut istilah terorisme, serta fundamentalisme, radikalisme, ekstremisme, anti pluralisme dan militanisme, tentu arah pemikiran terbayang merujuk pada gerakan  kelompok seperti di Iran, Sudan, HAMAS dan gerakan Islam lainnya.   
Jelas tidak relevan mengaitkan Islam fundamental dengan teroris. Kaum teroris hanya memperjuangan yang dianggap benar oleh kelompoknya sehingga yang berbeda dianggp musuh walaupun itu seiman. Istilah fundamentalisme dan radikalisme lebih tepat diberikan kepada pemikir Islam  seperti: Mohammed Arkoun, Hassan Hanafi, Al-Naim, Ashgar Ali, Nurcholish Madjid, Abdurrahman Wahid, yang selama ini disebut sebagai neo-medernis, karena mereka memiliki pemikiran keislaman yang mendasar (fundamental) dan mendalam (radix), bukan seperti sekelompok orang yang secara intelektual-keislaman masih belum dikenal dan belum menguasai banyak khazanah Islam klasik.
Barat akan selalu berusaha memecah ideologi Islam dengan merubah gaya pandang melalui berbagai media yang menjadi senjata. Fundamental dalam perkembagan tidak setenar dengan ungkapan radikal dan teroris. Tetapi negara-negara Islam yang tidak tunduk terhadap pada barat dan diangap tidak sepaham akan selalu dicap sebagai fundamental. Barat selalu merubah dengan memberi lebel negatif terhadap Islam, notabenya  baratlah yang takut dengan konsep ideologi Islam, umat Islam yang memahami Ideologi dengan sungguh dinilai sebuah ancaman. Seharusnya umat Islam seperti itu bukan acaman berarti bagi barat. Bisa jadi barat sedang mengalami kerisis ideologi. Ideologi yang selama ini dinilai tidak mencakup keseluruhan dalam hidup. tulisan ini pertama kali di publikasi di harian Orbit edisi 28/2/17