Rabu, 05 April 2017


Dimana Pertolongan Allah?
Oleh:Yofiendi Indah Indainanto
Perbedaan memberikan pemahaman akan sebuah ketidaksamaan dalam setiap objek yang terbentuk. Semisal, ada sebuah cahaya yang teramat terang, dengan wacana berkembang, bagaimana itu dikatakan amat terang?, lalu bagaiman itu dibilang terang?. Jawabannya tidak terlepas dari sebuah kata pebedaan. Anggap sebuah cahaya terang, akan lebih dikatakan terang, manakala ada cahaya redup sebelumnya. Dengan kata lain terang memiliki perbedaan dengan gelap. Gelap dalam hukum fisika tidak pernah ada , hanya saja istilah gelap digambarkan dengan kondisi tidak adanya sama sekali cahaya. Lalu, apakah perbedaaan itu sebuah harmonisasi?.
Lalu apakah sebuah kata kebaikan akan selalu dibedakan dengan kejahatan?, jika emang iya, berarti Allah telah menciptakan baik dan buruk, mungkinkah seperti itu?. tunggu sebentar, kalau ada terang pasti adanya cahaya disekelilingnya, namun jika ada gelap karena ketidakadanya cahaya disekelilingnya. Kejahatan atau sikap buruk apakah diciptakan?, anggap itu pertanyaan dasar. Kebaikan sebuah kondisi sikap sesorang yang dekat dengan sang Pencipta, dengan contoh sikap dan tindakan yang mencerminakan sesuai dengan ajaran Islam. Kebaikan pula yang mengenalkan diri seseorang, terhadap dirinya dan hubungan terhadap Allah, sebagi bentuk tujuan hidup hamba dan sang pencipta. Hadis Rosulullah “Barang siapa mengenal dirinya maka dia mengenal Tuhannya. Barang siapa mengenal Tuhan-nya maka dia merasa dirinya bodoh. Barang siapa  mencari Tuhan keluar dari dirinya sendiri, maka dia akan tersesat semakin jauh”.
Bagaimana dengan kejahatan?, kejahatan sama hanya dengan gelap, tidak pernah ada sebelumnya. Kejahatan menggambarkan sebuah kondisi seorang hamba jauh dari sang pencipta  yaitu Allah. Apakah Allah menciptkan kejahatan?. Adakah manusia dimuka bumi diciptakan untuk jahat?, atau kusus melakukan kejahatan?. Bayi yang lahir kedunia  saja dengan keadaan suci, tidaklah pernah dilahirkan untuk berbuat jahat. Ada sebuah gelas berwarnah putih, lalu gelas tersebut dituang dengan air, apa yang akan terlihat? Air dengan warna putih pastinya. Namun jika air putih yang tertuang didalam gelas terteteskan warnah merah, akan nampaklah air putih berubah warna. Begitu pula bayi tersebut yang akan terteteskan dengan berbagai proses kehidupan. keadaan jauh dari Allah akan membuat orang lupa tentang kebaikan yang diberikan, tentang nikmat-nikmat yang terbengkalai di sebuah padang kemaksuran, biasanya itu disebut kawah kejahatan.
Separovic (Weda, 1996:76) mengemukakan, Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan pertama faktor personal, termasuk di dalamnya faktor biologis (umur, jenis kelamin, keadaan mental dan lain-lain) dan psikologis (agresivitas, kecerobohan, dan keteransingan), dan faktor situasional, seperti situasi konflik, faktor tempat dan waktu. Dalam situasi seperti ini akan sulit seseorang keluar dalam nyaman kejahatan meski seseorang tersebut salau dihantui dengan rasa ketakutan dan penyesalan. Kondisi seperti itu, membutuhkan sebuah pertolongan dan kasih sayang orang terdekat dalam menarik seseorang dalam zona kejahatan.
Berjuang melawan diri jauh lebih berat dibandingkan melawan orang lain dan keadaan. Melawan diri berarti melawan ketakutan yang terbentuk sebelumnya, artinya disinilah panggilan hati nurani sendang terjadi. Ketekatan itu membutuhkan dorongan orang sekeliling terutama yang dicintai. Al-Hakim al-Tirmidzi dalam kitab Adab al-Nafs menyebut, "Kalau engkau tak berjuang, pertolongan takkan datang. Engkau akan kalah dan tertawan syahwat dan hawa nafsu. Hati yang tertawan tak ubahnya seperti raja yang tertawan oleh musuh. Malah, mereka semua terkepung dan mudah ditaklukkan oleh maksiat dan kebatilan.".
Lalu dimanakah pertolongan Allah saat manusia terjebak dalam zona kejahatan?.  Akan ada pertanyaan seperti itu, mana kala banyaknya hambanya yang terjerumus dalam zona kejahatan, ataukah Allah tidak peduli lagi dengan hambanya?. Pertolongan Allah selau ada dalam setiap diri hambanya, meski hati hambanya tertutup benteng kabut hitam sekalipun. Sejatinya manusia memiliki sikap dan tindakan yang melegalakan sikap baik tumbuh dalam dirinya. Bukanlah Allah yang akan memberi pertolongan itu, melaikan hambanya sendri yang akan menolong dirinya keluar dari zona kejahatan. Allah akan terus menyadarkan dengan ciptaan di dunia, dengan kemegaahan tiada tara.
Untuk mendapatkan perlolongan dari Allah,  membutuhkan sikap dan pengorbanan. Cara yang dilakukan seperti memperbanyak istighfar, meminta perlindungan dari sikap kejahatan yang menghancurkan. Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari segala kegundahan yang menderanya, jalan keluar dari segala kesempitan yang dihadapinya dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak ia sangka-sangka.” (HR. Abu Daud no. 1518, Ibnu Majah no. 3819, Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra no. 6421 dan Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Kubra no. 10665), harus terus diutamakan dalam mengingat Allah.
Kemudian mendirikan solat sebagai tiang agama. Manusia akan kuat mana kalah, solatnya terjaga dengan baik. Seperti sebuah perjalan tanpa tujuan dan jalan akan membuat jalan yang dilalui selau kebingungan, meski orang disekeling selau mengingaktan dan memberi jalan. Tanpa ada kesadaran diri, tanpa ada kerelaaan, sebutan itu hanyalah komedi omong, datang dan pergi seperti angin ditengah terik panas matahari. Allah Berfirman “Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan menjadikannya untuknya jalan keluar dan Allah akan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa berserah diri kepada Allahs semata niscaya Allah akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-Nya. Dan Allah telah menetapkan ketentuan atas segala sesuatu.” (QS. At-Thalaq.65: 2-3) 
Tak etis mana kala saat meminta pertolongan, tidak dibarengi dengan kepedulian dalam menolong sesama. Rosululah bersabda “Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya." (HR Muslim dan at-Turmudzi). Saat menjulurkan tangan, tanggan itupula yang akan menariknya tangan orang. Hakekatnya setiap umat itu saling tolong-menolong dalam melawan kebatilan dalam dirinya maupun orang lain yang suatu saat akan menghancurkan dirinya dan umat. Seseorang tidak akan besar tanpa ada pertolongan dari orang lain, begitu juga orang lain itu. Satu bambu tidak akan kuat dalam membangun sebuah jembatan, meski bambu itu mampu membuatnya. Sebuah angan tidak akan mampu melawan keinginan tanpa adanya keyakinan. Keyakinan diri butuh dorongan dari orang lain, begitulah hakekat hidup.
Harmonisasi perbedaan akan membuat sesuatu itu berwarna, tapi yakinlah warna yang akan ditimbulkan memberikan manfaat bagi orang lain. Tanpa adanya warna dalam hidup, akan mengarahakan pada sikap kebosanan yang larinya pada sikap dan tindakan menjerumuskan. Tidak jarang banyak orang diluar sana sedang berada pada masa kebingungan, dengan tindakan-tindakan yang tidak disadarinya, anggap itu sebuah perjalanan panjang dalam hidup, sebagai pelengkapan perbedaan dalam setiap detik kehidupan, yang nantinya kebaikan terus menghampiri.
Sesungguhnya Allah itu amat dekat dengan hambannya. Allah s.w.t berfirman dalam  surah Al-Baqarah 2:186 “Dan sekiranya hamba-Ku bertanya tentang-Ku kepadamu (wahai Muhammad) maka (katakanlah) sesungguhnya Aku amat dekat.(Al-Baqarah 2:186). Maka nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan?. Harian Orbit 3/4/17


saya hanya menulis untuk kepuasan batin
semoga kelak ada tulisanku dibaca anak-anak dari pelosok negeri
saya percaya semangat mereka jauh berharga dibandingkan dengan kekayaan alam bangsa.
bagi engkau, para pewaris, lihatlah sekelilingmu
hudup bukan persolan nanti dan sekarang , tapi persolan pencari identitas diri 
kelak engkau akan tersenyum dalam kursi ayun, percayalah.

salam perintis. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar