Selasa, 11 April 2017

Kegagalan Paham Islam Sinkretis
Oleh: Yofiendi Indah Indainanto



Membaca dari media online ada seorang jendral mengatakan cara melawan sikap ideologi radikal adalah dengan melawanya dengan idologi pemikiran bukan melawan dengan kekerasan, ada tiga ideologi yang dapat melawan ideologi radikal, pertama Pancasila, Islam Sinkretis, dan demokrasi. Namun fokus perhatian tertuju pada Islam Sinkretis yang menyebut ada dua bentuk Islam sinkretis yang ia maksud di Indonesia. Pertama adalah Islam nusantara yang dikembangkan oleh Nahdlatul Ulama, dan Islam berkemajuan ala Muhammadiyah. Benarkah yang dimaksudkan?, atau ini bentuk gagal paham yang terjadi?, atau ini hanya pernyataan politik?.  
Bagaimana menyatukan sesuatu yang dianggap itu berbeda?. Bekerja pada ranah abstrak yang memunculkan ketidakpastian. Biasanya ini menyerang orang dengan tinggkat keimana rendah. Membenarkan sebuah ajaran agama yang ideal menjadi perakteknya. Agama Islam iya, tapi toleransi iya. Bagaimana melihat persolan ini. ada sebuah contoh seorang muslim menggungkapkan semua ajaran agama didunia itu sama. Di Islam punya salam Asalamualaikum, di Agama Nasrani ada shaloom , di Agama Hindu Om Swastiastu, lalau benarkah semua itu, bahwa agama pada dasarnya sama?.
Bagaimana jadinya semua ajaran Agama disatukan dengan mengedepankan kesaman-kesamaan yang berada pada garis luarnya. Paham Sinkretisme menghendaki penyatuan ajaran-ajaran agama dengan berbagai bentuk kepercayaan. Kepercayaan itu bisa berupa aliran-aliran, keyakinan tertentu dan sesuatu yang dianggap benar oleh segolongan. Paham ini menghendaki keserasian dan kesembangan sebagai bentuk kesempurnaan ajaran. Mitos, kebudayaan, dan tradisi akan mempengaruhi ajaran sebuah agama tidak terkecuali dengan Islam. Ensiklopedia Britannica menyebutkan bahwa  Religious syncretism is the fusion of diverse religious beliefs and practices (paham sinkretisme adalah penyatuan beberapa ajaran agama yang berbeda).
Pendapat lain mengatakan, Sinkretisme seperti yang dijelaskan oleh John L Esposito dalam Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, adalah fenomena bercampurnya praktik-praktik dan kepercayaan-kepercayaan dari sebuah agama dengan agama lainnya sehingga menciptakan tradisi yang baru dan berbeda. Derajat identifikasinya sangat beragam sehingga sulit membedakannya dengan praktik bid'ah yang diperdebatkan.
Ada contoh pendapat dua orang tokoh, yaitu Ibnu Sab`in dan Ibnu Hud at-Talmasani yang mengatakan bahwa orang yang paling mulia adalah yang mengajak semua umat beragama bersatu secara menyeluruh dalam satu wadah. Apabila sudah terjalin persatuan di antara umat beragama, maka seorang itu bebas mengamalkan ajaran Islam, Nasrani, maupun Yahudi dalam waktu yang bersamaan. (dikutip dari al-Raddu ala al-Manthiqiyyin Ibnu Taimiyah hlm.282 ).
Sikap sinkretisme sangat berbahaya dalam kehidupan beragama terutama dalam ajaran Islam. Sikap ini akan memunculkan pembenaran sepihak bagi para penganutnya. Semisal diagama Islam dilarang memakan  daging babi karena haram, pada seuatu ketika memakan babi akan jadi halal manakala dagin sapi, kambing dan yang halal lainya agak sulit dicari. Bagaminan anda melihatnya. sejatinya sikap ini menghadirkan kompromi pada hal-hal yang bertentangan dan berbeda menjadi sesuatu yang diangap kompromi. Parahnya jika ini terus berkembang ditengah masyarakat akan menimbulkan pengaruh pada degradasi moral dan etika beragama. Ajaran Islam akan tergerus pada konsep-kosep pembenaran sepihak, kedoknya selalu menyebut itu toleransi.
Anggap semua agama sama, sepakatkah?, jawablah. Tapi jika anda menjawab sepakat, anda termasuk kedalam golongan sinkretisme. Kenapa?, jawabanya adalah tidak ada agama yang sama dimuka bumi. Semua perbedaan yang ada di agama tidak bisa disatukan dalam wadah kebenaran sepihak. Kenapa di ciptakan agama banyak, pasti karena perbedaan didalamnya.  Agama yang berlainan di Indonesia  seperti, Hindu, Budha, Kristen, Katolik dan Islam akan bertentangan ajarannya, kemudian dicarilah dari masing-masing agama perbedaan yang mencolok yang berpotensi menimbulkan perpecahan dan ketidaktoleran, dari situlah perbedaan itu akan dilebur dan disatukan kembali menjadi sesuatu yang satu dan utuh, lalu menganggap ‘Semua Agama Benar”.
Paham Sinkretisme bentuknya sangat lembut seperti sutra yang tidak akan disadari dengan pikiran penentang. Bagaimana menghadapi musuh yang tidak terlihat?, musuh itu ada, dan selalu menyerang  menggunakan alat-alat propaganda. Bisa itu seperti, berbicara, bisa itu menulis atau bisa itu seperti sebuah kebiasaan. Ketika beberbicara tentang kemanusiaan tentu tidak akan berbicara tentang perbedaan agama didalamnya. Semua akan berbondong-bondong membantu. Lalu alasan itu bisa tidak digunakan untuk kepentingan agama?, jawablah. Pada dasarnya  konsep ini sangat fundamental untuk menggambarkan sebuah perbedaan yang disamakan. Diagama Islam akan sangat berbeda dengan diagaman lain, dengan perbedaan itu dijadikan kekuatan untuk menggembangakan sebuah ajaran baru, melalui metode-metode toleransi. Apakah toleransi sebagai akar sikap Sinkretisme?, tentu tidak, sangat berbeda konsep dasar ini. toleransi hanya bekerja pada ranah kemanusiaan, dan menghargai kepercayaan. Bukan berkaitan ranah akidah seseorang.
Di Mesir, pada tahun 1919 M terjadi upaya penyatuan Islam dan Nasrani dibawah pimpinan Sa`ad Zaghlul, hingga terjadi pula pembauran lambang persatuan, seperti yang dinyatakan oleh Muhammad Rasyid Ridho dalam Kitabnya al-Islam wal Hadharah al-Arabiyah hlm. 81. Pada kalangan modernis muslim yang tertipu dan ikut sibuk memarakkan gerakan sinkretisme ini, dapat disebutkan antara lain,  Dr. Abdul Aziz Kamil mengatakan, ‘Kami di Timur Tengah mengimami keesaan Allah, baik lewat satu agama maupun lewat agama lain. Saya katakan dengan tegas bahwa Islam, Nasrani, dan Yahudi adalah sama bahkan dalam pengertian trinitas Nasrani berakhir kepada keesaan Tuhan. Inilah yang dinamakan wilayah Tauhid (keesaan Tuhan). Hanya saja gambaran dan penafsiran secara filsafat yang berbeda’  (Al-Islam wal Ashr, karangan Abdul Aziz Kamil), Dr. Rifa`ah Thanthawi berpendapat bahwa tidak ada istilah Kafir dan Mukmin pada manusia. Yang ada hanyalah manusia modern dan prinitif (Ghazwun min ad-Dahkil hlm.. Dr. Muhammad Imarah),  Dr. Hasan Hanafi dengan terang-terangan menyatakan bahwa hakikat agama itu tidak ada, yang ada hanyalah peninggalan kaum tertentu yang lahir dari zaman tertentu sehingga memungkinkan untuk berkembang di masa-masa tertentu atau masa berikutnya (at-Taurats wat Tajdid hlm. 22 karangan Hasan Hanafi), Dr. Muhammad Imarah mempunyai pandangan bahwa gerakan ini adalah untuk menyatukan agama Ilahi (agama Samawi).Bagaimana melihat persoalan itu? engkau lah yang mengerti.
Indonesia sebagai yang mayoritas muslim terbesar didunia tidak terlepasan praktik Sinkretisme dalam kehidupan beragaam Islam. Kebudayaan yang melekat dengan banyak tradis di masyarakat sangat mempengaruhi seperti Kejawen yang merupakan kebudayaan Jawa asli  sinkretisme antara kepercayaan kuno dengan ajaran agama yang datang kemudian seperti Hindu, Budha, Islam, dan Kristen. Diantara campuran tersebut yang paling dominan adalah ajaran agama Islam. Ajaran Islam dijawa banya yang tercampur dengan budaya lokal serta tradisi-tradisi dimasyarkat yang hingga saat ini tidak bisa dihilangakan. Banyak gerakan Islam yang berusaha menghilangakan paham sinkretisme sebagai bentuk bidah. Nyatanya hingga saat ini peraktik itu masih berkembang.
Akan banyak orang gagal memahami makna dan konsep Islam Sinkretis, bentuk yang tidak terlihat, hingga sangat lembut tidak diketahui bentuknya, karena berkaitan dengan paham, akan banyak orang terjebak dengan konsep ini. lagi Islam akan mengalami perkembangan jaman, bukan hanya perubahan umat, melainkan juga ajaranya mana kala masih banyak umat Islam yang apatis menangkal doktrin sesat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar