Indah pada
Waktunya
oleh : yofiendi indah indainanto
Menantikan bulan dimalam hari,
menggiring ku kepada negri hayalan yang ku ingginkan. Ku siapkan semangat untuk
esok yang indah seindah lukisan Tuhan di malam ini. Hari ini ku lewati hari seperti biasa,
menjalani aktivitas seperti orang lain
biasa lakukan. Dengan tatapan hangat dipagi hari dan tetesan embun yang
menemani suasana kebebasan menuju perjalanan menjemput gelap. Ku tak mengerti
apa yang kan terjadi hanya semangat yang membara di dalam diri ini.
Berkemas diri, merapikan penampilan
ku, tatap tajam ku arahkan dalam sebuah cermin. “ nampaknya cokok pakek baju
ini”, cetusku dalam hati. Setelah semuanya rapi, dengan membusungkan danda ku
jumpai sahabatku yang menemani setiap kepergian ku “ apa kabar mu hari ini
merah”, sapaku sambil mengelus . “brem...brem” suara merah memanggil.
Pukul 07.30 wib, ku berangkat
meninggalkan istanah tercinta. “Kampus aku datang”, teriak ku dalam hati.
Ketika ku sedang dalam
perjalanan, entah kenapa pikiran ku tidak fokus pada tujuan ku semula rasanya ada
yang menghantui pikiran ku “fokus biru”, hentak ku dalam hati. Sesampainya di
perempatan jalan sesambil menunggu lampu merah, pandangan ku terarah pada satu
arah, bukan tertuju pada arah lampu hijau agar segera muncul melainkan pada
sesosok anak memakai baju merah putih menjajakan sebuah kerupuk kepada para
pengendara yang berhenti.
“kerupuk.....kerupuk..kerupuk”,
teriak adek itu.
“tin....tin.. tin...” suara kelakson dari
pengendara lain agar segera jalan.
Sesampainya ku di sebrang jalan
tampa pikir panjang ku parkirkan motor ku dipinggir jalan di sebelah tukang
tambal ban yang biasa ku singgah saat ban bocor maupun kehabisan minyak
motor “ pak titip bentar ya motor ku disini!”
ucapku.” Iya nak.., emang nak mau kemana?” tanya tukang tembel ban, “ ku mau
kesebrang jalan bentar pak” jawab ku, “oh iya nak” saut tukang tambal ban.
Sesamapinya di tempat adek itu berjualan,”
kerupuk... kerupuk”, teriak adek itu. “dek.. dek kerupuk nya satu” panggil ku,
“ oh iya bang” jawab sambil tersenyum, “
berapa dk!” tanya ku sambil membuka dompet, “seribu bang” ucap dia, “ini dek”
sambil memberi uang, “iya bang.. makasih bang” jawab sambil menolekan ke lampu
merah, “iya dk” sambil membuka kerupuk.
Lalu sambil menikmati kerupuk
yang ku beli tadi, “kerenyes..kerenyes” suara kerupuk yang ku makan,” enak
kali” lidah ku berbicara, ku perhatikan
dengan mata melotot dan sesekali melihat jam di hp ku adek yang berjualan tadi.
”jam berapa anak ini sekolah” cetusku dalam hati. Tak berapa lama adek itu pun
selelsai berjualan “ dek.... dek...!”teriakku. “ iya bang” sautnya. “ bang
boleh ikut dengan adek hari ini aj ya dk” sambil memohon. “emang kenapa bg”
tanya dia. “ bang penasaran dengan kehidupan adek”, jawabku dengan senyum.
“boleh bang” tegasnya dengan senyum.
Melawali langkah dengan penuh
semangat, bersama kami lewati hari ini. pukul 08.00 kami tiba di sekolah
suasana ceria nampak dari raut wajah nya, ketika dia berabaur dengan anak
sebayanya. Tak terbayang didalam diriku bahwa masih ada orang berjuang dengan
berjualan kerupuk dijalan-jalan ditengah kesibukan pagi hari telah menjemput
rejekinya diantara kesibukan orang jauh diatasnya.
“ bang adi masuk kelas dulu ya
bang” ucapnya. “ iya dek” jawabku. Sesambil menunggu adi selesai sekolah,
menghilangkan kesuntukan yang mulai merenggut jiwa ini, ku langkah kan kaki
berkeliling mengintari sekolah dimana adi bersekolah. Saat ku berkeliling
terbayangkan saatn ku masih kecil dan sama seperti mereka. Masa dimana ku
menikmati masa bermain ku banyak hal yang dapat ku ambil dari masa bermainku
dulu.
Singkat cerita jam menunjukan
pukul 12.00, itu bertanda jam pulang sekolah, “ bang..... bang...!” teriaknya,
“ iya dek” sambil mengangkat tangan. “ yuk kita pulang bang” sambil menarik.”
Iya dek..! oya kemana kita dek”tanyaku, “ kita pulang dulu bang, terus baru
kita jualan lagi”, “ohhhh” sambil menelan ludah.
Selama perjalanan pulang tak
nampak dalam raut wajahnya bahwa terdapat beban yang berarti, banyak waktu kami
lewati saat kami melakukan perjalanan pulang kerumah. Ku tanya kepada dirinya
apa cita-citanya? Dengan polos dia menjawab ku inggin membahagiaan ibuku, ibu yang telah merawat dia sejak iya
lahir dan sampai saat ini. Bekerja untuk makan besok mungkin tepat untuk anak
ini dengan penuh semangat menjalani kehidupan, di tengah usia yang masih muda.
“ sampai kita bang di rumah”
ucapnya. “iya dek” jawab ku. Hanya satu yang terpikirkan saat ku melihat rumah
yang ditinggalinya, sederhana tepat
sekali. Dengan dinding yang terbuat dari papan dan atap yang masih terlihat
sinar matahari masuk kedalam rumah, ini lah yang menjadi tempat pelindung dari
senyuman sinar mentari.
“ dimana orang tua adk?” tanyaku
sambil penasaran. “ ayah udah meninggalkan kami,terus ibu bekerja bang,”
jawabnya, “terus dk punya saudara adek atau kakak, abang gitu”, tanyaku. “ gk
adak bang” jawab sabil tertawa. Beberapa waktu kemudian, kami Adi pun bergegas
meninggalkan rumah dan segera menjumpai ibunya yang bejulan sayur di pasar. “
yuk kita pergi kepasar bang bantu ibuk” ajaknya, “iya ayok dk”, semangat. Tak
berapa lama kami melakukan perjalanan kami tiba di mana tempat ibu Adi
berjualan. “ siang buk..!” sapa ku, “siang nak, oya sapa ya!” jawab sambil
penasaran, “saya Biru buk, teman Adi” jawabku sambil berjabat tangan. Setelah
perkenalan tersebut ku pun bergegas membantu ibuk dan Adi berjualan sayur di
pasar. Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu
Pukul 18.00 kami pun bergegas
pulang kerumah dengan membawa sedikit sisah dagangan hari ini, sesampainya
dirumah suasana hening pun terasa suasana sederhana dengan penuh keterbatasan
membuat sadar memang ini lah rasanya keindahan kehidupan. hanya sekejap mata
kami lalui kebersamaan ini, “Adi abang
pulang dulu ya!”, “ iya bang!, oya kok cepet kali bang”, jawab sambil
terpelongoh, “iya dek bang mau istirahat besok abang kuliah dek”, jawab dengan
memegang bahu. “buk Biru pulang dulu ya”
pamitku sambil mencium tangan,” iya nak hati-hati!, oya kalau ada waktu main
lagi ya nak”, jawab ibu.
Dengan mebusungkan dada, banyak
yang kami pelajari dari hal ini, kehidupan terkadan tak seindah yang kita
ingginkan, orang yang kurang mampu terkadaing mebih mengginkan kekayaan
terkadang juga lebih mengginkan kebahagiaan. Sadar apa yang ku tuju hanya lah
sebuah kebahagiaan tak ku sadari bawa kebahgiaan itu tumbuh karena ada cinta
diantara satu dan yang lain. selama ini ku sadar banyak waktu yang tebuang
sia-sia dalam hidupku, banyak diantara kita yang lebih menghargai waktu,
memanfatkan setiap detik waktu yang terlewati dalam perjalana kehidupan. sadar
bahwa bumi akan selalu berputar menggiring kita agar selalu berusaha dan saling
menghargai satu sama lain.
Cerminan dari keluarga kecil ini,
selama bumi masih terus berputar pasti akan ada yang menggetakan orang yang ada
didalamnya. Sekarang tergantung kita mau yang seperti apa memutarkan kehidupan
itu, yang Pasitnya natinya indah pada waktunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar